Powered By Blogger

Senin, 22 Desember 2014

Ketika AKU menjadi AKU

Kepada BUMI, aku berujar !!!
wahai BUMI, letakkan aku di tanahMU,
bimbinglah aku ke tempat terindah dan tertinggi di tanahMU
namun jangan perlakukan aku sebagai gunung2 pencakar langit
yang menjadi SOMBONG dan ANGKUH karena menantangMU
dan seketika itu ENGKAU hancurkan berkeping-keping, terbakar berserakan.
jangan jadikan aku air pada lautMU
karena aku akan tersesat dalam luasnya dimensiMU
karena aku akan selalu terombang-ambing di heningnya nasibku
tetapi, ijikanlah aku dan tubuhku bersemayam dalam tanahMU, 
bersatu dalam karuniaMU.
ijikanlah aku sebagai tanahMU, bersatu dalam CAHAYA KEBENARAN
ijikanlah aku sebagai bumiMU, satu dalam roh yang bercahaya
dan ijikanlah aku sebagai AKU, tujuan dari segala tujuan.

Kemudian kepada LANGIT, aku berseru !!!
wahai LANGIT, jangan kau siksa aku dengan keindahanMU, 
karena aku tak sanggup menengadah, melihatMU.
tetapi, teduhkanlah wajahku ketika sengatan sang surya membelai kulitku, 
dan membakar setiap aliran darah di jiwaku.
dan ketika burung2 terbang mencoba menggapaiMU, maka ijinkanlah AKU
menggunakan sayapMU untuk merengkuhMU.
dan saat malam tiba, biarlah aku telanjang, biarlah aku menari dan 
berputar dalam kesatuan, 
agar ENGKAU menulis hidupku bersama para makhluk bersayap putih
yang selalu berputar dalam cahayaMU.
kemudian peluklah AKU dengan kelembutan CINTA abadiMU
sehingga akupun tertidur MATI, 
MATI dalam keindahan, MATI dalam cahaya
dan benar-benar MATI karena AKU adalah AKU, tujuan dari segala tujuan.