Powered By Blogger

Selasa, 27 Maret 2018

Pembunuhan Yang Mengguncang Dunia


Berlatar belakang rasisme, kefanatikan, kebencian, ambisi, berikut beberapa kasus pembunuhan yang dicatat oleh sejarah serta juga mengubah sejarah.

Kematian sejatinya adalah kejadian yang tidak diinginkan banyak orang, terutama oleh orang yang ditinggalkan. Kenangan yang telah tercipta tidak akan hilang dan selalu terkenang.

Namun kematian mendadak karena pembunuhan tentunya memberikan duka yang lebih mendalam. Terutama bila orang tersebut adalah seseorang yang sangat kita kenal.

Dalam catatan sejarah, berikut ini adalah orang-orang besar yang meninggal karena dibunuh.

Julius Caesar
Sekelompok senator, yang diperkirakan berjumlah 50 sampai 60 orang, menjalankan rencana mereka untuk menghabisi kaisar Romawi, Julius Caesar. 23 tusukan belati menghujam tubuh, menewaskan diktator Romawi ini pada 15 Maret 44 SM. Marcus Junius Brutus dianggap sebagi pemimpin konspirasi pembunuhan, yang menyebabkan meletusnya perang saudara sampai tahun 30 SM.


Franz Ferdinand
Pewaris Kekaisaran Austria-Hongaria ini tewas ditembak saat mobilnya melintasi Jembatan Latin di Sarajevo pada 28 Juni 1914. Aksi pembunuhan yang dilancarkan oleh Gavrilo Princip, anggota kelompok nasionalis Serbia, Mlada Bosna, dianggap sebagai salah satu pemicu pecahnya Perang Dunia I.









Abraham Lincoln
Presiden AS ke-16 ini dianggap sebagai salah satu tokoh yang memiliki andil besar untuk mengakhiri perang saudara yang berlangsung antara tahun 1861 dan 1865. Di bawah pemerintahannya, praktek perbudakan di Amerika Serikat dihapuskan. Lincoln tewas dibunuh pada 14 April 1865, menjadikannya tercatat sebagai presiden Amerika Serikat pertama yang meninggal akibat pembunuhan.



Martin Luther King Jr
Penerima Nobel Perdamaian termuda yang memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam di Amerika Serikat ini meninggal pada usia 39 tahun. 4 April 1968, sebutir peluru menerjang kepalanya saat ia sedang berdiri di balkon lantai 2 Lorraine Motel di Memphis. Pidatonya yang masih terus dikenang: Saya memiliki impian, pidato 17 menit yang menyerukan kesetaraan ras dan diakhirinya diskriminasi.




John Lennon

Musisi Inggris yang bersama The Beatles telah mencatatkan sejarah musik ini tewas dibunuh oleh Mark David Chapman pada 8 Desember 1980. Empat dari lima tembakan yang dilepaskan Mark David Chapman bersarang ditubuh John Lennon saat pentolan The Beatles itu memasuki gedung tempat tinggalnya di Manhattan, New York.



Mahatma Gandhi

Dianggap sebagai pemimpin terbesar India, memperjuangkan kemerdekaan negaranya dengan gerakan tanpa kekerasan serta aksi demonstrasi damai. Bapak Nasional India ini tewas dibunuh oleh Vinayak Godsa Nathuram pada 30 Januari 1948. Sejak 1934, Mahatma Gandhi luput dari lima upaya pembunuhan.





John F. Kennedy
22 November 1963, dunia dikagetkan oleh berita kematian John F. Kennedy. Presiden Amerika Serikat ke-35 ini ditembak oleh Lee Harvey Oswald, saat melakukan parade dengan mobil kap terbuka di Dallas.


Jumat, 23 Maret 2018

Benarkah Gajah Mada Dalang Pembunuhan Jayanagara ?


JAYANAGARA menggantikan takhta ayahnya, Kertarajasa sebagai raja Majapahit pada 1309. Jayanagara anak Kertarajasa dari pernikahannya dengan Dara Petak, seorang putri asal Melayu (Sumatera). Empat tahun setelah penobatannya, Jayanagara harus menghilang dari istana Majapahit karena pemberontakan Kuti. Kuti adalah satu dari tujuh dharmaputera (pegawai istana yang diistimewakan) oleh Kertarajasa, yang tidak puas dengan pengangkatan Jayanagara.

Kuti berhasil menduduki istana, namun gagal menangkap Jayanagara. Gajah Mada sebagai bekel (kepala pengawal) dengan limabelas orang pasukannya yang disebut bhayangkara, menyelamatkan Jayanagara ke Desa Badander. Dia melarang keras pengawalnya meninggalkan Badander demi menjaga rahasia lokasi persembunyian. Bahkan, Gajah Mada membunuh seorang pengawal yang memaksa ingin kembali ke Majapahit.

Lima hari kemudian, Gajah Mada sendiri yang pergi ke Majapahit menemui pembesar dan warga Majapahit. Dia menyampaikan bahwa raja telah terbunuh oleh pengikut Kuti. Mereka menangis, Gajah Mada berkata: “Diamlah! Bukankah kamu sekalian memang ingin mengabdi kepada Kuti?” Warga menjawab, “Apa katamu? Dia bukan tuan kita!” Dengan demikian, Gajah Mada tahu bahwa para pembesar dan warga Majapahit berada di pihak Jayanagara.

Dibantu para pembesar Majapahit, Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan Kuti. Jayanagara kembali ke istana dan berkuasa. Sebagai balas jasa, Jayanagara mengangkat Gajah Mada menjadi patih di Kahuripan. Dua tahun kemudian, dia menggantikan Arya Tilam yang mangkat sebagai patih di Daha.

Sembilan tahun setelah pemberontakan Kuti, Jayanagara mati di tangan Tanca, seorang dharmaputera. Cerita pembunuhan itu bermula pada 1328, saat Tanca yang juga seorang tabib diminta mengoperasi bisul yang diderita Jayanagara. Dalam operasi bisul yang ketiga kalinya itu Tanca menikam Jayanagara di tempat tidurnya. Gajah Mada yang menunggu di samping raja segera bangkit menusuk Tanca dan mati seketika itu juga.

Namun peristiwa pembunuhan itu masih simpang siur. Ada beberapa versi sejarah tentang siapa sang pembunuh dan apa motifnya. Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, menyebutkan suatu hari Tanca menerima laporan dari istrinya kalau Jayanagara berbuat tidak senonoh terhadap dua saudara tirinya, Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi Maharajasa. Tanca kemudian mengadukannya pada Gajah Mada, namun tidak mengambil tindakan apa-apa.
“Ia (Tanca, red) menunggu kesempatan yang baik. Kebetulan Raja Jayanagara menderita bisul yang menghendaki pembedahan,” tulis Slamet Muljana. Momen mengobati sang raja digunakan sebagai jalan untuk membunuhnya.

Versi lain menurut arkeolog Belanda N.J. Krom dalam Hindoe-Javaansche Geschiedenis, sebagaimana dikutip Parakitri T. Simbolon dalam Menjadi Indonesia, istri Tanca menyebarkan berita bahwa dirinya dicabuli Jayanagara. Mendengar hal itu Gajah Mada malah balik menuduh dan mengadukan Tanca menebarkan fitnah.

Versi lain yang lebih menyentak, tulis Parakitri, “menurut N.J. Krom lagi, dalam tradisi Bali, justru Gajah Mada yang menjadi otak pembunuhan tersebut. Konon Raja Jayanagara mencabuli istri Gajah Mada. Tanca hanya diperalat oleh Gajah Mada untuk membunuh Jayanagara.”

Slamet Muljana juga menafsirkan bahwa Gajah Mada yang pada hakikatnya tidak suka pada sikap Jayanagara, menggunakan Tanca sebagai alat untuk memusnahkan sang prabu. Untuk menyelimuti perbuatannya, dia segera membunuh Tanca. “Demikianlah rahasia itu tertutup. Orang ramai hanya tahu Gajah Mada membalaskan kematian sang prabu dan menusuk dharmaputeraTanca sampai mati,” tulis Slamet Muljana.

Bantahan Muhammad Yamin
Sementara itu, Muhammad Yamin dalam Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara, menyebut bahwa Tanca terus-menerus merasa tak senang pada raja atas kejadian yang menimpa Kuti, kawan Tanca sesama dharmaputera.

Secara ketus Yamin menulis, “awal sengketa berasal dari mulut seorang perempuan, yaitu istri Darmaputera Ra Tanca. Istri ini mengeluarkan perkataan bahwa dia mendapat gangguan dari Sang Prabu. Kabar angin menimbulkan kegemparan dalam keraton dan di pusat pemerintahahan.”

Gajah Mada kemudian memeriksa Tanca. Namun, waktu pemeriksaan berjalan, raja sakit dan meminta Tanca membedah bisulnya. Kesempatan itu digunakan Tanca untuk melepaskan dendamnya membunuh raja.

Yamin, pengagum dan penemu wajah Gajah Mada, membela Gajah Mada. “Di belakang lakon yang menyedihkan hati ini, terbayang pula suatu tuduhan kepada Gajah Mada bahwa dialah yang mendorong Ra Tanca berlaku demikian, karena kabarnya Sang Prabu salah lihat dan salah raba kepada istri Gajah Mada yang teguh setia itu. Namun, tuduhan ini tak beralasan dan berlawanan dengan kesetian hatinya kepada Seri Mahkota,” tulis Yamin.

Lepas dari terlibat atau tidaknya dalam pembunuhan Jayanagara, karir Gajah Mada terus menanjak. Pasca Jayanagara mangkat, digantikan ibu tirinya, Gayatri dengan anaknya, Tribhuwana sebagai pelaksana pemerintahan karena dia juga menjadi rani di Kahuripan. Pada 1334, Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih menggantikan Arya Tadah yang sudah sepuh, sakit-sakitan, dan meminta pensiun.

Setelah Gayatri meninggal pada 1331, Tribhuwana tetap sebagai pelaksana pemerintahan Majapahit. Dari pernikahannya dengan raja Singhasari, Kertawardhana, dia dikaruniai dua putri dan satu putra, yakni Hayam Wuruk yang lahir pada 1334. Setelah Tribhuwana meninggal pada 1350, Hayam Wuruk diangkat sebagai raja Majapahit dalam usia 17 tahun.

Pada waktu penobatan Hayam Wuruk, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang tersohor, Sumpah Palapa (Amukti Palapa): “Jika telah menundukkan Nusantara, saya baru akan beristirahat. Jika Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik telah tunduk, saya baru akan beristirahat!"

diambil dari majalah Historia

Kamis, 22 Maret 2018

Keris Mpu Gandring


Salah satu dongeng sebelum tidur yang dituturkan oleh bapakku adalah kisah keris buatan “mpu Gandring” yang terkenal itu. Pertama kali dipesan oleh sang “Angrok”, keris itu menuai korban yang dimulai dari sang mpu pembuat keris itu hingga keturunan Ken Angrok.

Dulu saya belum berpikir bahwa kisah itu benar-benar terjadi. Saya hanya terpesona dengan cara “Bapak” menceritakan kepadaku dan cara nya lah yang selalu mengubah cerita sederhana menjadi sesuatu yang epic buatku.

Siapa yang tak kenal dengan kisah keris Mpu Gandring? Keris ini dikutuk pembuatnya, Mpu Gandring, akan membawa malapetaka. Keris pencabut maut ini dikisahkan dalam kitab Pararaton atau Katuturanira Ken Anrok (gubahan tahun 1478 dan 1486 tanpa disebutkan penggubahnya). Di luar mitos soal magis keris Mpu Gandring, kisah ini menggambarkan suksesi berdarah yang mengiringi perjalanan kerajaan Singasari, yang didirikan Ken Angrok.



Berikut ini para korban kutukan keris Mpu Gandring.

MPU GANDRING
Ken Angrok terpesona oleh Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Menurut pendeta Lohgawe, siapa yang berhasil memperistri Ken Dedes akan menjadi raja besar. Ken Angrok pun bertekad membunuh Tunggul Ametung.

Ayah angkatnya, Bango Samparan, menyarankan agar Ken Angrok memesan keris kepada kawan karibnya, Mpu Gandring, pembuat keris yang ampuh di Lulumbang. Maka, datanglah Ken Angrok menemui Mpu Gandring. Ken Angrok meminta kerisnya selesai dalam lima bulan, sedangkan Mpu Gandring minta waktu setahun.

Lima bulan kemudian, Ken Angrok kembali ke Lulumbang dan mendapati Mpu Gandring sedang menggurinda keris pesanannya. Karena belum selesai, Mpu Gandring menolak memberikan keris itu. Ken Angrok pun merebut keris itu dan menikam Mpu Gandring.

Sebelum mati Mpu Gandring mengutuk bahwa Ken Angrok dan tujuh turunannya akan mati oleh keris itu. Merasa bersalah, Ken Angrok berjanji kalau cita-citanya menjadi raja terwujud, dia akan menunjukkan rasa terimakasihnya kepada keturunan Mpu Gandring.

TUNGGUL AMENTUNG
Di Tumapel, Ken Angrok berkawan dengan Kebo Ijo, yang dikasihi Tunggul Ametung. Dengan cerdik, Ken Angrok membuat Kebo Ijo tertarik dengan keris berukiran kayu cangkring yang dibawanya. Ken Angrok meminjamkannya. Kebo Ijo suka memamerkan keris itu sehingga setiap orang Tumapel tahu Kebo Ijo memiliki keris itu.
Pada suatu malam, Ken Angrok mengambil keris itu tanpa sepengetahuan Kebo Ijo. Ken Angrok menikam Tunggul Ametung yang tertidur dan meninggalkan keris itu tertancap di dadanya.

KEBO IJO
Warga Tumapel, yang pernah melihat Kebo Ijo memamerkan keris itu, sertamerta menuduhnya sebagai pembunuh Tunggul Ametung. Mereka mengeroyok dan membunuh Kebo Ijo dengan keris itu.

Ken Angrok bebas dari tuduhan, tetapi tidak terbebas dari kutukan Mpu Gandring. Kebo Randi yang masih kecil menangisi kematian ayahnya, Kebo Ijo. Merasa terharu, Ken Angrok menjadikan Kebo Randi sebagai pekatik (abdi).

Ken Angrok akhirnya berhasil memperistri Ken Dedes. Tidak ada orang Tumapel yang berani menggangu gugat. Bahkan keluarga Tunggul Ametung pun diam, tidak berani berkata apa-apa. Ramalan pendeta Lohgawe terbukti. Ken Angrok berhasil mengalahkan Raja Kediri, Dandang gendis alias Kertajaya. Dia mendirikan Kerajaan Singasari pada 1222.

KEN ANGROK
Waktu dinikahi Ken Angrok, Ken Dedes sedang hamil tiga bulan, mengadung anak dari Tunggu Ametung. Ketika lahir, anak itu diberi nama Anusapati. Sedangkan Ken Angrok dan Ken Dedes memperoleh tiga putra dan satu putri: Mahisa Wunga Teleng, Panji Saprang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimbu. Dari pernikahannya dengan Ken Umang, Ken Angrok mempunyai tiga putra dan seorang putri: Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola, dan Dewi Rambi.

Ken Dedes merahasiakan kematian suaminya, Tunggul Ametung. Namun, ketika Anusapati sudah agak besar, dia menanyakan kepada ibunya, mengapa Sang Amurwabhumi (Ken Angrok) memperlakukannya berbeda dibanding saudara-saudaranya yang lain. Dia juga mempertanyakan kenapa bukan dirinya yang lebih tua tapi Mahisa Wunga Teleng yang dinobatkan sebagai raja Kediri. Ken Dedes akhirnya menyingkap rahasia bahwa Anusapati hanyalah anak tiri dan ayahnya (Tunggul Ametung) mati dibunuh Ken Angrok. Anusapati pun meminta keris Mpu Gandring yang dipegang Ken Dedes.

Anusapati menyuruh Ki Pengalasan dari desa Batil untuk menghabisi Ken Angrok. Suruhannya itu berhasil membunuh Ken Angrok yang sedang makan di waktu senja, pada 1247 –versi Negarakertagama menyebut tahun 1227.

KI PANGALASAN
Setelah menyelesaikan misinya, Ki Pengalasan segera melapor. Anusapati memberinya hadiah. Namun karena takut Ki Pengalasan menceritakan siapa yang menyuruhnya membunuh Ken Angrok, Anusapati kemudian menghabisinya.


ANUSAPATI
Sepeninggal Ken Angrok, Anusapati dinobatkan sebagai raja Singasari. Namun dia selalu waspada. Bilik tempat tidurnya dikelilingi selokan, halamannya dijaga ketat orang-orang kepercayaannya.

Panji Tohjaya, anak Ken Angrok dari Ken Umang, mengetahui bahwa Ki Pengalasan hanyalah suruhan Anusapati untuk membunuh ayahnya. Dia bersiasat dengan cara mengajak Anusapati meyabung ayam. Tohjaya berhasil meminjam keris Mpu Gandring dari Anusapati dan menukarnya dengan keris lain. Anusapati terlalu asyik menikmati sabung ayam. Tohjaya tak menyia-nyiakan kesempatan dan menancapkan keris Mpu Gandring ke dada Anusapati. Seketika Anusapati tewas pada 1249 –versi berbeda ditulis Negarakertagama yang menyebut Anusapati mati wajar.

Tohjaya kemudian naik takhta.

TOHJAYA
Kendati bukan mati karena keris Mpu Gandring, kematian Tohjaya patut dicatat sebagai rangkaian dari kisah ini.
Tohjaya berkuasa dengan diselimuti ketakutan. Kecurigaan terutama ditunjukkan kepada Rangga Wuni, anak Anusapati.
Rangga Wuni memendam dendam atas kematian ayahnya. Bersekutu dengan Mahisa Campaka, anak Mahisa Wunga Teleng yang tak terima tahta kerajaan Kediri diambil Tohjaya, Rangga Wuni melakukan pemberontakan. Mereka menyerang istana. Tohjaya melarikan diri. Namun karena luka-luka dalam pertempuran, dalam pelarian itu Tohjaya meninggal dunia.

Rangga Wuni menaiki tahta kerajaan Singasari dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Mahisa Cempaka turut pula memerintah dengan gelar Narasimhamurti. Mereka mengadakan pemerintahan bersama dengan menyatukan kerajaan Singasari dan Kediri. Negarakertagama mengibaratkan Wisnu dan Indra.

Kutukan keris Mpu Gandring pun lenyap. Suksesi berdarah antara keturunan Ken Angrok dan Tunggul Ametung pun berakhir.