Powered By Blogger

Kamis, 01 Desember 2011

resensi novel AROK DEDES


AROK DEDES
Penulis Pramoedya Ananta Toer
24 November 2011
01:45
at office
cak noer
Add caption



Sebenarnya cerita tentang Arok dan Dedes ini telah ribuan kali dikisahkan oleh berbagai cara para penulisnya. Awalnya saya tertarik untuk membeli novel karya Langit Kresna Hariadi, dalam tetralogi petualangan ken Arok, karena sebelumnya saya dibuat terbuai olehnya dalam kisah kepahlawanan Gajah Mada dalam lima buah novel terdahulunya, namun sayang, di toko Gramedia Karawaci Mall, tidak saya dapatkan apa yang saya cari.
Tapi saya tidak putus asa, karena niat ingin membeli buku, maka saya alihkan perhatian ke buku lainnya. Akhirnya pilihan saya jatuh pada penulis yang selama ini cuma saya dengar dan belum satupun saya baca karya tulisnya, Pramoedya Ananta Toer, Arok Dedes.
Sekilas saya baca halaman awal dari buku itu, ingin mencicipi aroma penalaran Pram, yang menurut teman-teman saya memiliki keunikan sendiri dalam menulis novel. Baiklah, buku ini saya beli.
Sesampainya di rumah, tak sabar saya ingin segera membacanya, kesan pertama membaca halaman demi halaman buku ini, penilaian saya adalah, buku ini bukan novel sederhana, setidaknya memerlukan penalaran, tidak bisa disamakan dengan novel-novel yang dihasilkan oleh penulis dalam negeri lainnya yang dapat kita baca dengan santai dan sambil melakukan kegiatan lainnya, atau membacanya karena hanya untuk mengisi waktu.
Kita mulai dengan karakter tokoh dalam novel ini ,karakter yang sudah ada tanpa novel ini ada, yaitu Arok dan Dedes dibuat oleh Pram menjadi sangat kuat, seakan memiliki pribadi yang nyata, dan kita mengenalnya, ini saya pikir karena Pram dengan detail menjabarkan karakter tokoh dalam novelnya. Tokoh-tokoh lainnya, digambarkan sebagai suatu penyeimbang dari alur cerita yang akan membuat kita, pembacanya, seakan terlibat dalam emosi setiap karakter tokoh novelnya, dibuat seakan kita mengerti akan masalah-masalah pada zaman yang susah sangat usang itu. Tokoh-tokoh lainnya yang mengelilingi tokoh utamanya, seperti Umang, dibuatnya sebagai tokoh pinggiran namun penting dan tidak dapat ditiadakan, atau para resi misalnya, dalam sebuah bab, dikisahkan merekan berkumpul untuk merencanakan apa yang harus dilakukan Arok, dan mereka menyebutnya sebuah takdir untuk Arok. Coba kita telaah, bagaimana sekumpulan orang berkumpul dan merencanakan sesuatu untuk dilakukan oleh orang lain, dan mereka menyebutnya takdir?
Kemudian yang membuat saya kaget adalah, apa yang coba diceritakan Pram dalam bukunya ini, merupakan cerita Arok Dedes dari dimensi lain, tidak seperti apa yang dituturkan secara lisan oleh guru-guru sejarah saya, atau yang saya baca dari buku-buku sejarah. Apa yang diceritakan oleh Pram dalam novel ini adalah sebuah kudeta kenegaraan yang dirancang dengan sangat teliti oleh Arok di sebuah sisi, dan Dedes di sisi lainnya, yang tak pernah bertemu pada awalnya, namun karena adanya persamaan tujuan, akhirnya mereka dipertemukan oleh situasi yang mengharuskan mereka harus berkolaborasi, mengkudeta Tunggul Amentung.
Kudeta yang diceritakan oleh Pram, dalam novel ini menurut saya sangat mirip apa yang pernah terjadi di negara kita, Orde baru mengkudeta Orde Lama, ini persepsi, tidak harus dijadikan sebuah bahan perdebatan tentunya, namun jika anda sudah membaca buku ini, anda akan mengerti apa yang menjadi opini saya tentang apa yang coba Pram teriakkan lewat novelnya ini.
Arok Dedes, novel dari Pram, tidak akan membuat anda rugi membeli dan membacanya, apalagi anda penyuka novel dengan alur cerita menantang dan selalu berusaha menerka endingnya, anda akan dibuat kaget, ketika Pram dengan mudah memainkan emosi dan penalaran anda, so, take it, and enjoy!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar