Muhammad bagi
umat manusia ialah manusia yang utama. Sejatinya tidak hanya bagi umat beragama
Islam, namun bagi manusia setelah Muhammad mendapat wahyu. Keutamaan beliau
sudah dikabarkan jauh sebelum beliau dilahirkan. Bahkan manusia pertama, Adam
pun mengucapkan namanya seperti dikisahkan ketika penciptaan Adam.
Ketika Allah SWT
telah menciptakan Nabi Adam AS dan setelah membukakan penglihatan matanya, maka
memandanglah Nabi Adam AS pada ‘Arsy dan melihat tulisan ‘Muhammad’ diatas
istana ’Arsy, maka bertanyalah dia kepada Allah, “Tuhanku, adakah orang yang
lebih mulya disamping-Mu selain aku?”
Jawab Allah SWT:
“Benar, dia adalah (nama) seorang Nabi dari keturunan-mu yang lebih mulya dari
pada engkau. Dan jika tidak karena dia (Muhammad), Aku tidak menciptakan
langit, bumi,surga dan neraka”
Sebelum beliau
dilahirkan terdapat kejadian – kejadian yang luar biasa yang menjadi tanda
kelahiran manusia yang utama. Kejadian – kejadian tersebut adalah :
Pasukan Gajah
dan Burung Ababil
Raja Abrahah
merasa kesal karena banyaknya orang yang berbondong-bondong mengunjungi Ka'bah,
sehingga dia membangun gereja yang megah untuk menyaingi Ka'bah. Namun gereja
tersebut diabaikan, malah ada yang melemparinya dengan kotoran manusia. Raja
Abrahah pun merasa marah hingga memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah. Dalam
perjalanan, pasukan gajah Raja Abrahah yang dipimpin oleh Panglima Abu Rughal
diserang oleh burung-burung ababil yang membawa batu-batu panas dan berpijar.
Api Majusi
Padam
Sebelum
kelahiran Nabi Muhammad SAW, masyarakat Majusi menyembah api dan menganggap api
itu sebagai Tuhan. Api itu tidak pernah padam selama beratus-ratus tahun. Namun
saat Nabi Muhammad SAW lahir api itu mati seketika. Para pengikut Majusi
berusaha menyalakan apinya, tapi tetap tidak menyala.
Jin Tidak
Bisa Mencuri Berita
Sebelum
kelahiran Nabi Muhammad SAW, para jin leluasa mencuri berita gaib dari langit
untuk disampaikan kepada para tukang sihir. Setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW
jin yang berusaha mencuri dengar berita gaib dari langit akan menjumpai panah
api yang akan membunuh mereka.
Ketika mereka
dilarang naik ke langit, maka mereka berkumpul pada Iblis alaihilla'nah (raja
setan), mereka berkata;
"Dahulu kami bisa naik ke langit, tetapi hari ini kami telah di larang untuk naik"
Iblis menjawab;
"Menyebarlah kalian di muka bumi, dari barat sampai timur, dan perhatikan dengan seksama apa yang sebenarnya telah terjadi!"
Mereka lalu
menyebar. Setelah mengeliling bumi dari timur ke barat, sampailah mereka ke
Kota Mekah. Di sana tampak oleh mereka Nabi kita sedang dikelilingi para
malaikat, dan memancar cahaya dari dirinya hingga mencuat ke langit, sedangkan
para malaikat-malaikat itu saling memberi ucapan selamat satu dengan yang lain.
Kemudian
setan-setan itu kembali menghadap Iblis, sambil menceritakan semua apa yang
telah mereka saksikan itu.
Maka Iblis pun berteriak dengan suara yang sangat keras;
"Aaaaah, telah keluar “ayatul 'alam” dan rahmat bagi bani Adam, karena
itulah kalian telah dicegah untuk naik ke langit, tempat pandangannya dan
pandangan umatnya!!"
Bintang Besar
Bercahaya
Para ahli kitab
(kaum Yahudi dan Nasrani) melihat bintang besar dan bercahaya seperti berlensa
tepat di hari kelahiran Muhammad SAW, sebelumnya bintang itu tidak pernah
terlihat. Di antara mereka ada yang berseru, "Nabi penutup zaman sudah
lahir".
Ka'bul Akhbar ra
berkata; "Saya telah melihat di dalam Taurat bahwa Allah Ta'ala telah
mengabarkan kepada Kaum Musa tentang saat keluarnya Muhammad saw;
“Sesungguhnya bintang tetap yang telah kamu ketahui itu, bila ia bergerak dari tempatnya menandakan bahwa Rasulullah saw telah keluar”
Ketika
Rasulullah SAW lahir, bintang itu pun bergerak dan pindah dari dari tempat
asalnya. Maka orang-orang Yahudi itu semuanya mengetahui bahwa Rasul yang
diberitakan Allah itu telah lahir ke dunia, namun mereka merahasiakan
disebabkan kedengkian mereka juga.
Salam
Burung-Burung
Saat kelahiran
Nabi Muhammad SAW, burung-burung indah berterbangan di atas langit Mekkah dan
berkicau seolah memberi salam sejahtera kepada Nabi akhir zaman.
Pohon Kurma
Kering Kembali Berbuah
Dalam Injil
(kitab suci Nabi Isa a.s.) digambarkan tentang tanda-tanda kelahiran Nabi
Muhammad SAW.
“Bahwasanya
apabila pohon kurma kering mengeluarkan daun-daunan, maka itu menandakan
keluarnya Rasulullah ke dunia”
Ketika
Rasulullah SAW lahir, pohon kurma yang kering dan layu menjadi segar, berdaun
dan berbuah. Melihat hal itu, orang-orang Nasrani itu pun mengetahui bahwa
Rasul yang dijanjikan Allah di dalam kitab Injil itu telah lahir ke dunia.
Tetapi hal itu mereka rahasiakan, disebabkan kedengkian mereka juga.
Hal itu benar
terjadi, namun orang-orang Yahudi menyembunyikannya karena kedengkian mereka
kepada Nabi Muhammad SAW yang bukan berasal dari Bani Israil.
Mata Air Kering
Memancar Kembali
Di kitab Zabur
(kitab suci Nabi Daud a.s.) dikabarkan juga tentang kelahiran Nabi Muhammad
SAW. "Ketika mata air yang sudah kalian kenal kering dan tiba-tiba
memancarkan air dengan derasnya maka pada saat itulah Nabi Muhammad SAW telah
lahir ke dunia." Karena kedengkian orang-orang Yahudi juga menyembunyikan
tanda-tanda yang mereka ketahui.
Berhala
Bersujud
Diriwayatkan
bahwa sesungguhnya Abdul Muthalib berkata, "Sewaktu ku berada di dekat
Ka'bah, patung berhala yang ada di dalam Ka'bah tiba-tiba jatuh tersungkur dari
tempatnya dalam bentuk bersujud kepada Allah Ta'ala. Aku juga mendengar suara
dari dinding Ka'bah, 'Nabi terpilih telah lahir yang akan menghancurkan
orang-orang kafir, dan membersihkan aku dari beberapa patung berhala, serta
memerintahkan untuk menyembah kepada Dzat Yang Merajai Alam ini."
Suara dari
Kakbah
Ada suara lain
dari Ka'bah saat Rasulullah SAW lahir. Antara lain berbunyi "Katakanlah
telah datang kebenaran (Islam) dan tidak akan memulai kebatilan, juga tidak
akan mengembalikan kekufuran."
Aminah Tidak
Merasa Letih
Selama
mengandung Muhammad SAW, Aminah sang ibunda tidak merasa letih akibat
kandungannya. Padahal setiap wanita yang hamil selalu merasa letih karena
kandungannya.
Imam Ibnu Katsir
meriwayatkan dalam kitabnya, Qishashul Anbiyya, bahwa ketika Aminah mengandung
Rasulullah SAW, sama sekali ia tidak merasa kesulitan maupun kepayahan
sebagaimana wanita umumnya yang mengandung.
Ia juga
menyatakan bahwa selama mengandung Rasulullah SAW, dalam mimpinya ia senantiasa
didatangi para Nabi-nabi terdahulu, dari sejak bulan pertama, yaitu bulan Rajab
hingga kelahirannya di bulan Rabi’ul Awwal.
Bulan ke-1 didatangi oleh Nabi Adam
(as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan menjadi
pemimpin agama yang besar.
Bulan ke-2 didatangi Nabi Idris (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan mendapat derajat paling tinggi di sisi Allah.
Bulan ke-3 didatangi Nabi Nuh (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh kemenangan dunia dan akhirat.
Bulan ke-4 didatangi Nabi Ibrahim (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh pangkat dan derajat yang besar di sisi Allah.
Bulan ke-5 didatangi Nabi Ismail (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memiliki kehebatan dan mu’jizat yang besar.
Bulan ke-6 didatangi Nabi Musa (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh derajat yang besar di sisi Allah.
Bulan ke-7 didatangi Nabi Daud (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memiliki Syafaat dan Telaga Kautsar.
Bulan ke-8 didatangi Nabi Sulaiman (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan menjadi penutup para Nabi dan Rasul.
Bulan ke-9 didatangi Nabi Isa (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan membawa Al-Qur’an yang diridhai.
Bulan ke-2 didatangi Nabi Idris (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan mendapat derajat paling tinggi di sisi Allah.
Bulan ke-3 didatangi Nabi Nuh (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh kemenangan dunia dan akhirat.
Bulan ke-4 didatangi Nabi Ibrahim (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh pangkat dan derajat yang besar di sisi Allah.
Bulan ke-5 didatangi Nabi Ismail (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memiliki kehebatan dan mu’jizat yang besar.
Bulan ke-6 didatangi Nabi Musa (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh derajat yang besar di sisi Allah.
Bulan ke-7 didatangi Nabi Daud (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memiliki Syafaat dan Telaga Kautsar.
Bulan ke-8 didatangi Nabi Sulaiman (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan menjadi penutup para Nabi dan Rasul.
Bulan ke-9 didatangi Nabi Isa (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan membawa Al-Qur’an yang diridhai.
Semua Nabi-nabi
yang hadir di mimpi Aminah itu sama-sama berpesan kepadanya bahwa jika telah
lahir, namai anak itu dengan nama Muhammad yang artinya Terpuji, karena anak
itu akan menjadi makhluk yang paling terpuji di dunia dan akhirat.
Firasat mengenai
penamaan Muhammad itu pun terbersit di hati mertuanya, Abdul Muthalib, sehingga
ketika Rasulullah SAW lahir, Abdul Muthalib memberinya nama Muhammad. Ketika
masyarakat Mekkah bertanya mengapa ia dinamai Muhammad, bukan nama para
leluhur-leluhurnya, maka Abdul Muthalib menjawab: “Aku berharap ia akan menjadi
orang yang terpuji di dunia dan akhirat.”
Tamu Agung
Penghuni Surga
Aminah merasakan
tanda-tanda akan melahirkan secara tiba-tiba pada malam hari. Pada saat itu
mertuanya Abdul Muthalib sedang pergi ke Masjidilharam. Sementara, Abdullah
suaminya, sudah meninggal dunia. Kemudian, datang banyak wanita cantik. Ada 2
wanita yang jadi perhatian Aminah, mereka memberi salam dan menyebut dirinya
Asiya (istri Raja Fir'aun) dan Maryam (ibu Nabi Isa a.s.).
Aminah Tidak
Merasa Sakit
Aminah
tidak merasa sakit layaknya wanita yang melahirkan. Padahal saat itu belum ada
obat bius sehingga melahirkan benar-benar secara alami.
Kelahiran beliau
adalah lentera bagi manusia akhir jaman. Apa yang dibawa oleh beliau merupakan
jalan keselamatan bagi manusia, jadi tak heran jika kehadiran beliau dipuja
oleh umat manusia. Raja Irbil (wilayah Irak sekarang), bernama
Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, memulai peringatan “maulid” sebagai bentuk
penghormatan kepada beliau. Ibn Katsir dalam kitab Tarikh berkata:
Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan
Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara
besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang
adil – semoga Allah merahmatinya.
Dijelaskan oleh
Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar
mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu,
baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu
kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari,
sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan.
Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir
dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan
dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka
semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk
pertama kalinya itu.
Ibn Khallikan
dalam kitab Wafayat Al-A`yan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah
datang dari Maroko menuju Syam dan seterusnya ke Irak. Ketika
melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia mendapati Sultan
Al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut sangat besar perhatiannya terhadap perayaan
Maulid Nabi. Oleh karena itu, Al-Hafzih Ibn Dihyah kemudian menulis sebuah buku
tentang Maulid Nabi yang diberi judul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir
An-Nadzir”. Karya ini kemudian dia hadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.
Para ulama,
semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga sampai sekarang
ini menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik. Para ulama
terkemuka dan Huffazh Al-Hadis telah menyatakan demikian. Di antara mereka
seperti Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H), Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H), Al-Hafizh
As-Suyuthi (w. 911 H), Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H), SyeIkh Ibn Hajar
Al-Haitami (w. 974 H), Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H), Al-Imam Al-Izz ibn Abd
Al-Salam (w. 660 H), mantan mufti Mesir yaitu Syeikh Muhammad Bakhit
Al-Muthi’i (w. 1354 H), mantan Mufti Beirut Lubnan yaitu Syeikh Mushthafa Naja
(w. 1351 H), dan terdapat banyak lagi para ulama besar yang lainnya. Bahkan
Al-Imam Al-Suyuthi menulis karya khusus tentang Maulid yang berjudul “Husn
Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”. Karena itu perayaan Maulid Nabi, yang biasa
dirayakan pada bulan Rabiul Awal menjadi tradisi umat Islam di
seluruh dunia, dari masa ke masa dan dalam setiap generasi ke generasi.
Para ahli
sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh
Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa
orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan
Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin
Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin
pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat
islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada
masa Perang Salib.
Ahmad bin ‘Abdul
Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي
فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ
عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ
الْقَرَامِطَةِ الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ
Artinya:
“Sholahuddin-lah
yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran
Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang
menghidupkan syari’at Islam di kala itu.”
Dalam perkataan
lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,
فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة
مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ
فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ الْمُخَالِفَةُ
لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ
وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ
Artinya:
“Negeri Mesir
kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu
Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu,
berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan
ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar
luas.”
Sumber lain
mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun
sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah. Berikut perkataan ahli sejarah
mengenai Maulid Nabi.
Al Maqriziy,
seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak
perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid
(hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain,
maulid Fatimah az-Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan
malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab,
perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan
bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam
penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha,
perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan
malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad
(Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”
Asy Syaikh
Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya mengatakan bahwa yang
pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari
kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah,
maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah
yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari
dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy
Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan
Al Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan
bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun
(Fatimiyyun).
Masyarakat Muslim di
Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan
keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan
pengajian. Menurut penanggalan Jawa, bulan Rabiul Awal disebut
bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar